Selasa, 09 Desember 2014

Gak boleh bohong lagi

Akhirnya waktu juga yang menghentikan semua ini, menghentikan semua kebohongan yang saya tutup rapat dari keluarga, dari orang-orang yang saya cinta. 5 tahun bukan waktu yang sebentar, sangat lama terasa saat memikul kebohongan yang sangat besar, kebohongan dari orang yang kita cintai, membohongi perasaan sendiri. Semua kebohongan yang saya kreasikan untuk tidak tahu apa tujuannya. Saya hanya tidak bisa berpikir dengan akal sehat, untuk berkata jujur, untuk berbuat apa adanya sesuai kemampuan saya. Akal yang saya miliki harusnya mampu mengetahui apa yang harus dan tidak harus saya lakukan, apa yang harus saya lakukan untuk membahagiakan mama saya, dan apa yang tidak saya lakukan yang dapat membuat air matanya jatuh.
Terlalu banyak kebohongan, terlalu banyak orang yang dibohongi, terlalu banyak cerita yang saya buat untuk hidup saya sendiri. Salah saya menjadikan diri ini sebagai antagonis dalam cerita ini, semakin benci terhadap diri sendiri, semakin tidak percaya terhadap diri senidri, hingga akhirnya saya hanya menjadikan diri ini sebagai tokoh yang akan menemukan kegagalan di akhir cerita. Tapi akhirnya saya sadar sebelum cerita itu menemui akhir ceritanya, saya tersadar, tersadar oleh waktu, tersadar karena rencana Yang Maha Kuasa. Saya adalah penulis skenario dalam diri saya, bukan dalam hidup saya, saya yang menentukan apa yang seharusnya saya, tapi Tuhan yang menentukan siapa sebetulnya saya.
15 november 2014, menjadi salah satu hari yang seharusnya saya bahagia, bangga, dan mengajak atau setidaknya mendeklarasikan wisuda saya ke orang-orang yang saya cintai. Tapi tidak ada 1 orang pun yang tahu soal wisuda saya.

Atau ada 1 ya wanita yang saya kasih tau. Ah saya lupa..

Yang jelas saya datang ke acara yang ditunggu-tunggu teman-teman universitas indraprasta itu seorang diri tanpa ditemani siapapun. Saya tidak sedih, tapi tidak juga bahagia selama wisuda berlangsung, baik di dalam gedung sasono utomo maupun pasca wisuda bersama teman-teman di pelataran TMII.
Keluarga merupakan undangan wajib para wisudawan yang hadir, hal itu tidak berlaku bagi saya, semua pertanyaan orang saya jawab dengan kebohongan yang saya sudah kreasikan dari semalam.
Sepulangnya saya beristirahat dirumah, tidak tidur tidak juga melakukan aktifitas, terdiam dan berisaha keras untuk berpikir, namun takut untuk menggunakan akal yang penuh dengan kebohongan ini.
Malam hari, dalam sebuah diskusi keluarga, ada mama, ibu (nenek), beberapa om dan tante saya. Dalam sebuah pemikiran untuk tidak ingin membohongi mereka lagi, masa depan yang mulai terlihat dan harus dijalani dengan penuh kesungguhan, penuh kejujuran, penuh tanggung jawab, untuk membahagiakan mereka semua. 1 alasan yang membuat saya yakin untuk berkata jujur, untuk mengakui kesalahan, dan akan berusaha memperbaiki itu semua. "Gak boleh bohong-bohong lagi" "jujur sama hati, bukan bohong bersama akal, tapi gunakan akal untuk membahagiakan hati kita dan hati orang yang kita cintai" "gak boleh bohong-bohong lagi".
Saya tidak sadar betul moment yang saya merasa sangat malu atas semua kebohongan itu, air mata turun melebihi derasnya air terjun niagara, desak tangis melebihi kerasnya suara lolongan serigala di malam hari, lebay.. Tapi itu yang saya rasain. Namun saya terkejut akan support dari keluarga, mereka tetap bangga dengan anak kecil yang dulu biasa dipanggil sepultura ini. Yaa saya terasa seperti anak kecil yang sedang dihibur dan disemangati ketika saya terjatuh saat belajar berjalan.
Saya harus menebus semua kesalahan saya selama ini.
Saya akan berjalan, bahkan berlari untuk mencapai cita-cita saya, membahagiakan mama saya.
Doakan saya..

(Selanjutnya adalah jujur sama wanita 19 tahun tentang cinta yang baru saya rasakan 3 tahun ini, dan akan tetap sama sampai bertahun-tahun kemudian) gak bohong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar